Kementerian Pariwisata Targetkan Jumlah Pengunjung Naik dengan Bangun Homestay

TWC rencana gelar acara untuk bantu target Kementeria Pariwisata dalam jumlah pengunjung, bertajuk Mahakarya Borobudur: Hair Style & Fashion, di zona satu atau kaki Borobudur, 30 September 2017 nanti

Suntikan dana USD 500 juta oleh Expedia Inc. asal Amerika Serikat ke biro perjalanan online Traveloka diyakini bakal meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Target Kunjungan wisatawan asing 2017 yang dicanangkan Kementerian Pariwisata sebesar 15 juta orang. Naik 10% dibanding kunjungan wisman pada 2016.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai, bila ditilik dari perkembangan kunjungan wisman ke Indonesia, cukup beralasan jika dirinya berambisi akan melambungkan target jumlah wisatawan ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data , sepanjang Januari hingga November 2016, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 10,41 juta. Ini naik 10,46% year-on-year (yoy).

“Di Asean Tourism Forum (ATF) kami akan fokus menggarap bersama-sama, kami harapkan tambahan 1,5 juta itu dari ATF sehingga total kunjungan wisman 2017 menjadi 15 juta,” kata Arief di Kompleks Istana Kepresidenan, akhir Januari lalu.

Pada 2016, sebanyak 43% dari total kunjungan wisman ke negara-negara Asean ialah wisman dari negara Asean sendiri, sedangkan sebanyak 36% dari Asia. Arief mengatakan, target terbesar pariwisata yakni China. China ialah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan membukukan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Ambisi Arief disambut baik pelaku pariwisata. Misalny, pembangunan homestay terus digeber oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC). Rencananya 400 kamar baru akan dibangun di 20 desa yang ada di sekitar Borobudur.

Homestay yang dibangun BUMN menelan biaya sebesar Rp 70 juta per kamar. Jika satu desa 20 kamar, maka dana yang dikucurkan sebesar Rp 1,5 miliar per desa. Homestay ini dibangun di lahan desa atau tanah milik warga yang bisa dikerjasamakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat ikut merasakan pembangunan di sektor pariwisata.

Direktur utama TWC Edy Setijono menguraikan soal target tamu ke Borobudur. Pada 2019 ditargetkan ada dua juta wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang atau setidaknya 5.000 mancanegara per hari. Jika separuh jumlah tersebut menginap di Borobudur, maka butuh 1000-2000 kamar. “Tentu tak semuanya menginap di hotel. Maka homestay-lah yang menjadi pilihan. Jika ada 400 kamar, berarti 25 persen tamu menginap di homestay,” kata Tyo, sapaan akrabnya dilansir inilah.com.

Agar para tamu mendapatkan pelayanan yang standar, maka pola pemasaran dan manajemen homestay ini akan dikoneksikan dengan Manajemen Hotel Indonesia Group, yakni jaringan hotel milik BUMN. Saat ini sudah ada 40 hotel yang masuk di manajemen Hotel Indonesia Group ini. Targetnya, 100 hotel di tahun 2017. “Jadi, homestay ini nantinya jadi member of Hotel Indonesia Group,” ujar Tyo.

Seperti diketahui, Candi Borobudur masuk dalam destinasi prioritas Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru. Borobudur (Jawa Tengah) masuk bersama Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI), Gunung Bromo-Tengger-Gunung Semeru (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Morotai (Maluku Utara) dan Tanjung Kelayang (Belitung).

Menpar merasa terbantu oleh Sinergi BUMN untuk membangun pariwisata itu. Tahun 2019, Kemenpar mentargetkan 100 ribu homestay terbangun, untuk menyambut kekurangan amenitas dengan proyeksi 20 juta wisman. Dan yang penting homestay yang dikembangkan harus terkoneksi dengan biro perjalanan online seperti Traveloka, Booking.com, Agoda dan lainnya.

Jika ini dilakukan, maka subesktor pariwisata khususnya bidang akomodasi yang digerakkan oleh para pelaku bisnis skala UKM akan mendapat manfaat yang besar. Bila pemilik hotel-hotel besar mengeluh wisatawan asing banyak berkunjung Indonesia tapi tidak menginap di hotel berbintang, biarkan saja. Yang ingin berubah justru pemilik homestay yang mendisrupsi model bisnis mereka dan bersekutu mengepung pemilik hotel besar yang tak mau merubah model bisnis mereka. (ilc/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *