Hukuman Rakyat Berikutnya: Eep Saefullah: Tidak Dipilih Saat Pencoblosan

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berkampanye di Semarang, Jawa Tengah. foto: internet

Calon presiden (capres) 01 Joko Widodo saat ini sedang dihukum rakyat. Hal itu terlihat dari tingkat elektabilitasnya yang hanya sebesar 40,4%. Maka bisa dimaklumi kalau kemudian capres petahana melakukan perang total.

Demikian disampaikan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah saat memaparkan hasil survi PolMark pada Forum Pikiran, Akal dan Nalar di Hotel Mercure Surabaya, Selasa (5/3). Selain Eep, tampil sebagai pembicara Presiden Akal Sehat Rocky Gerung.

Survei PolMark dilakukan pada kurun waktu Oktober 2018-Februari 2019. Eep mengakui, survei itu merupakan kerja sama PolMark dengan Partai Amanat Nasional (PAN). PolMark merupakan satu-satunya lembaga survei di Indonesia yang mengakui bekerja sama dengan siapa. Survei dilakukan di 73 Dapil Pemilu 2019 seluruh Indonesia dengan responden sebanyak 35 ribu.

Elektabilitas pasangan calon (paslon) 01 memang masih unggul dibanding lawannya paslon 02 Prabowo-Sandiaga yang memperoleh 25,8 persen. Masih ada 33,8% yang belum menentukan pilihan.

Dengan tingkat elektabilitas 40,4% ini sangat rawan bagi Jokowi. “Berdasar pengalaman saya melakukan survei di pilpres maupun pilkada selama 10 tahun, jika elektabilitas pentahana  jauh di bawah 50 persen, ini menunjukkan dia sedang dihukum oleh rakyat,” tegasnya.

Mestinya elektabilitas petahana tinggi karena dia sudah kampanye selama 4 tahun dengan kerjanya. “Hukuman berikutnya dia tidak dipilih oleh rakyat saat pencoblosan,” katanya.

Indikator posisi Jokowi sangat rawan juga bisa dilihat dari tingkat kesetiaan pemilih. Menurut Eep, pemilih Jokowi yang sudah mantap atau tidak berpindah hanya 31,5%. Sedang pemilih 02 yang mantap 33,8%. Artinya, sebenarnya ada pemilih yang masih diperebutkan sebesar 48,0%. (lin)

 

Sumber: duta.co/Relawan PRIDE

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *