Garap Kantong-Kantong Petahana, Elektabilitas Prabowo-Sandi Melesat

SBY bertemu Prabowo di kediamannya Puri Cikeas Bogor, Kamis malam (27/7)

Kubu pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (capres cawapres) 2019-2024 nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandi Salahuddin Uno (Prabowo-Sandi) mengklaim sukses merebut kantong-kantong suara strategis incumbent.

Beberapa kantong suara strategis di antaranya wilayah Jawa Tengah seperti wilayah Solo Raya, perlahan demi perlahan berhasil dimasuki Prabowo-Sandi dan mendapat respons positif dari masyarakat di daerah tersebut.

Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, di Solo Raya yang merupakan wilayah Marhaen, pihaknya mendapat tawaran dari beberapa warga di dekat kediaman Joko Widodo untuk menjadikan rumahnya sebagai Posko Prabowo-Sandi.

“Mereka menilai Prabowo-Sandi lebih menjanjikan harapan yang lebih baik untuk memperbaiki kehidupan mereka,” Dahnil seusai Diskusi Rabu Biru bertemakan “Nestapa Ekonomi Indonesia 2018″ di Media Center Prabowo-Sandi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam (19/12).

Tren tersebut, nilai Dahnil, menjadi pelecut semangat tim Prabowo-Sandi untuk lebih masif lagi melakukan pendekatan dan komunikasi di basis-basis suara utama Jokowi-KMA di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sehingga jarak elektabilitas antara kedua pasangan sudah semakin tipis dan setidaknya dalam satu bulan ini, elektabilitas Prabowo-Sandi sudah bisa melampaui Jokowi-KMA. “Saat ini kami bersaing sengit, masih berselisih tipis. Tanda-tandanya sangat menggembirakan kami,” paparnya.

Hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandi melesat demikian cepatnya, dalam sebulan terakhir naik sekitar 15%, menjadi 30%. “Karenanya kami yakin dalam sebulan ini sudah bisa melampaui elektabilitas Jokowi-KMA. Kami lebih intensif lagi menggarap wilayah Jateng dan daerah-daerah Tapal Kuda,” katanya.

Komitmen Prabowo-Sandi untuk menyelamatkan Indonesia, nilai dia, sebagaimana pidato politik Prabowo Subianto saat berbicara di depan Peserta Konferensi Partai Gerindra di Sentul, Bogor Jawa Barat, yang menyebutkan jika dirinya kalah di Pilpres 2019, Indonesia akan punah.

“Pernyataan itu bermakna begini. Saat ini yang terjadi adalah Indonesia kehilangan kedaulatan, orang-orang dari luar membangun di Indonesia, bukan membangun Indonesia. Lantaran semuanya diatur dan dikendalikan oleh pemilik modal besar, negara pun kehilangan kendali atas politik, ekonomi dan kebudayaan. Nah jika kondisi yang terjadi saat ini dibiarkan, beliau artikan negara bisa punah,” ujarnya.

Prabowo, kata Dahnil, menganalogikan Indonesia bagai sebuah pesawat, harus dikendalikan oleh pilot yang ahli. Kalau tidak, pesawat bisa jatuh dan punah pesawat Indonesia.

“Dalam konteks sekarang, kami menilai yang terjadi saat ini adalah negara sudah salah urus. Kalau dibiarkan terus, negara bisa punah. Nah itu yang tidak kita mau terjadi, sehingga butuh perubahan kepemimpinan,” tegasnya.

Wakil Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dhimam Abror mengungkap berdasarkan hasil survei internal dan eksternal dari berbagai lembaga survei, jarak elektabilitas Prabowo-Sandi dengan elektabilitas Jokowi-KMA sudah semakin mepet dan hal itu menjadi modal yang sangat berharga bagi BPN Prabowo-Sandi untuk semakin intensif terjun ke lapangan.

“Tanda-tanda positif tersebut semakin membulatkan tekad dan melecut semangat kami untuk memenangkan Pilpres 2019. Dalam sisa waktu kampanye yang ada, hingga April 2019, Prabowo-Sandi akan lebih banyak meluangkan waktu keliling ke Jawa Tengah dan Jawa Timur karena di wilayah ini selisih suara kami sudah semakin tipis dengan suara incumbent,” ujarnya.

Dijadwalkan Temui SBY

Direktur Eksekutif lembaga survei Median Rico Marbun mengatakan, salah satu pesan dari reuni 212 yang digelar Minggu, 2 Desember 2018 mengisyaratkan bahwa efek atau daya tarik KH Ma’ruf Amin memudar.

Hal ini menurutnya terjadi karena Ma’ruf sebagai calon Wakil Presiden justru diharapkan bisa meredam gerakan 212, namun nyatanya kata Rico, tidak demikian. “Saya pikir 212 kemarin itu ada satu pesan politik yang kelihatannya sangat clear yaitu efek KH Ma’ruf sudah pudar. Jadi 212 yang membludak menandakan efek yang cukup didengar ketika pencalonannya sebagai Cawapres hilang,” kata Rico.

Rico pun menilai, pada waktu berikutnya, pemimpin umat seperti Ma’ruf akan kehilangan pengikutnya. “Saya khawatir pemimpin umat seperti kehilangan pengikutnya. Kata-kata mereka tidak didengar saat mereka bergabung ke kubu pak Jokowi,” ungkapnya.

Rico mencontohkan, ketika Tuan Guru Bajang (TGB) merapat ke Jokowi, elektabilitasnya turun. Pun banyak di-bully. Hal itu juga terjadi ketika Yusril Ihza Mahendra bergabung ke Jokowi.

“Saya pikir tadinya akan berbeda, ini kan mirip kejadian waktu TGB mendukung Jokowi. Bukan hanya di-bully netizen,  setelah kami tanya ke publik, pada saat itu elektabilitas TGB sebelum dan sesaat sesudah mendukung Jokowi berubah, beda jauh dan turun drastis. Begitu juga dengan Yusril Ihza Mahendra,” katanya.

Prabowo Sandi dijadwalkan kembali bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pertemuan akan digelar di kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (21/12).

Kordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pertemuan ini akan membahas terkait startegi kampanye ke depan. Selain itu akan melakukan evaluasi juga terkait kampanye selama 3 bulan ke belakang.

“Kalau dua Jenderal ketemu banyak yang dibicarakan. Beliau akan bicara strategi kampanye, kemudian berbicara kebangsaan kekinian, kemudiaan evaluasi masa kampanye,” ujar Dahnil di Jalan Kertanegara IV Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/12).

Dahnil menuturkan, di mata Prabowo, SBY merupakan sosok senior dalam politik. Sehingga banyak ilmu yang harus diserap darinya. “Prabowo yang lebih junior di politik akan banyak mendengar saran SBY,” imbuhnya.

Di sisi lain, mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu menolak anggapan jika kontribusi Partai Demokrat dengan BPN masih rendah. Menurutnya Demokrat sudah banyak bergerak dalam memenangkan Prabowo-Sandi. “Itu kan perasaan media saja, pak SBY selalu bergerak, mas AHY (Agus Harimurti Yudhoyono, Red) juga, teman-teman di Demokrat juga,” pungkas Dahnil. (sat/jpc/viv/lin)

 

Sumber bisnis.com/kabar24 dan infonews.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *