BTN Siap Buka Ruang Salurkan FLPP 2018, Demi Dukung Program Sejuta Rumah

Dirut BTN Maryon saat memberikan kuliah BUMN di salah satu universitas negeri di Jawa

PT Bank Tabungan Negara (BTN) siap membuka ruang untuk menjadi agen penyalur Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) 2018 dalam rangka mendukung kesuksesan Program Satu Juta Rumah pada tahun depan. Komitmen tersebut sekaligus mendukung pemerintah menjangkau semakin banyak masyarakat Indonesia memiliki rumah dengan harga terjangkau.

Direktur utama BTN Maryono mengatakan, BTN siap membuka ruang untuk menyalurkan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2018. Kesiapan tersebut dilandasi realisasi kinerja perseroan selama tiga tahun dalam Program Satu Juta Rumah. Komitmen tersebut juga untuk mendukung pencapaian target program nasional yang diinisiasi pemerintah. Mengingat masih ada sekitar 11,4 juta lebih masyarakat Indonesia belum memiliki rumah.

“Bank BTN siap membuka ruang untuk kembali menyalurkan dana FLPP untuk menjangkau semakin banyak masyarakat memiliki rumah dalam rangka menyukseskan Program Satu Juta Rumah. Selama tiga tahun menjadi agen Program Satu Juta Rumah hingga November 2017, BTN telah menyalurkan kredit perumahan untuk 1,61 juta unit rumah,” ungkap Maryono pada acara Media Gathering Forum Group Discussion (FGD) di Bogor, Jawa Barat, Minggu (24/12).

Maryono berharap tahun 2018, bank pelat merah ini diizinkan kembali oleh Kementerian PUPR untuk menyalurkan KPR FLPP. Pasalnya, sebagai bank yang berfokus pada perumahan sejak 1976, perseroan terus berupaya mendukung Program Satu Juta Rumah. Dukungan tersebut, kata Maryono, dilakukan dengan menggelar berbagai langkah strategis, inovasi, dan transformasi.

“Berbagai aksi tersebut dilakukan untuk membantu pemerintah mengimplementasikan Nawa Cita ke-5 yakni menjangkau semakin banyak masyarakat memiliki rumah dengan harga terjangkau. Dengan berbagai aksi strategis yang dilakukan Bank BTN, perseroan telah menyalurkan kredit perumahan untuk lebih dari 1,61 juta unit rumah terhitung sejak ditunjuk menjadi agen Program Satu Juta Rumah hingga November 2017,” ujar Maryono dalam rilisnya, Selasa (25/12).

“Kami tetap berkomitmen mendukung Program Satu Juta Rumah. Kami membuka ruang untuk dapat menyalurkan kembali FLPP 2018 agar semakin banyak masyarakat bisa memiliki rumah dengan harga terjangkau dan memenuhi target program nasional tersebut. Ini adalah program pemerintah dan kami siap mendukung. Semoga BTN diberikan ijin untuk dapat kembali menyalurkan FLPP mendampingi bank lain untuk mendukung program pemerintah tersebut,” imbuhnya.

Sejak ditunjuk menjadi bank pembiayaan dalam Program Satu Juta Rumah pada 2015, lanjut Maryono, BTN selalu mencatatkan realisasi penyaluran kredit perumahan lebih dari target yang ditetapkan. Misalnya, pada 2015, realisasi penyaluran pinjaman perumahan Bank BTN mencapai 110% dari jumlah yang dibidik atau setara 474.099 unit rumah.

Begitu pula pada tahun berikutnya. Dari target sebesar 570.000 unit rumah, realisasi penyaluran kredit perumahan oleh Bank BTN telah mencapai 104,5% atau setara 595.540 unit rumah. Hingga November 2017, emiten bersandi saham BBTN ini pun telah menyalurkan kredit perumahan untuk 549.699 unit rumah. Realisasi tersebut tercatat melebihi separuh dari total realisasi seluruh agen Program Satu Juta Rumah.

“Kami sebagai bank milik pemerintah terus berkomitmen memacu layanan dan kinerja agar semakin banyak masyarakat Indonesia bisa memiliki rumah. Dengan membuka ruang FLPP 2018, akan mempercepat dan mempermudah masyarakat Indonesia untuk memiliki hunian sendiri,” tulisnya.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengapresiasi langkah Bank BTN membuka ruang untuk kembali menyalurkan dana FLPP pada 2018. “Rencana komitmen tersebut harus diapresiasi sebagai bentuk kepedulian Bank BTN terhadap penyediaan rumah rakyat. Dengan kembalinya Bank BTN dalam FLPP, maka para pengembang perumahan sederhana pun tidak perlu khawatir lagi dengan keberlangsungan pembiayaan perumahan, karena akan menambah besar porsi penyerapan kredit rumah ke depannya,” jelas Ali.

Sejak BTN tidak lagi menyalurkan FLPP pada 2017, sambung Ali, data IPW merekam sebanyak 33 bank lain penyalur FLPP hanya mengambil porsi sebesar 12,3% dari total dana pemerintah tersebut. Sebaliknya, secara total Bank BTN masih memegang porsi terbesar yakni 87,7% dari penyaluran FLPP.

Ali mengkhawatirkan belum terlibatnya Bank BTN dalam penyaluran FLPP 2018. Dia menilai kondisi tersebut akan membuat penyerapan FLPP akan terus merosot. Data November 2017 mencatat penyaluran FLPP baru mencapai 43,06% dari target atau hanya sebanyak 17.227 unit.

Angka tersebut, lanjut Ali, anjlok 61,8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Menilik dari nilai penyaluran pun terpantau merosot 55,6% yoy dari Rp4,42 triliun pada November 2016 menjadi hanya Rp1,97 triliun di bulan yang sama tahun ini.

Ali menjelaskan banyak bank yang tidak mau ikut menyalurkan KPR subsidi karena mekanisme yang kompleks dan rumit hingga tersendatnya pencairan dana dari pemerintah. Selain itu, dengan nilai kredit yang relatif sangat kecil membuat bank harus melakukan effort lebih dibandingkan penyaluran kredit untuk segmen menengah ke atas yang lebih menguntungkan.

“Dengan sepak terjang Bank BTN sebagai penyalur FLPP dengan core perumahan seharusnya membuat pemerintah tidak tutup mata dengan peran Bank BTN,” tegas Ali.

Kepala Ekonom Bank BTN Winang Budoyo mengatakan sektor perumahan di Indonesia masih memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Adanya dukungan pemerintah, bonus demografi, serta kebijakan relaksasi loan-to-value Bank Indonesia (LTV BI) terus mendorong pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) serta menjaga kualitas kredit.

Dengan potensi besar tersebut, didukung melesatnya kinerja Bank BTN dalam Program Satu Juta Rumah, selama tiga tahun terakhir telah membuat harga saham BBTN melesat sebesar 191%. Kenaikan tersebut jauh meninggalkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh di level 19% untuk periode yang sama.

Winang menyebutkan harga saham BBTN pada awal 2017 tercatat berada di posisi Rp1.740 dan terus melesat mencapai titik tertinggi di Rp3.350 pada 7 Desember 2017. Beberapa analis, tambah dia, menyebut target price bergerak di antara 3.300-4.000 dalam dua belas bulan ke depan. “Potensi kenaikan harga BBTN masih terbuka lebar, apalagi melihat kondisi historis yang ada,” tutur Winang. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *